Jumat, 18 November 2011

hujan dan kehidupan

Tulisan ini di buat, terinspirasi dari hujan yg mengiringi perjalanan pulang tadi sore. Aku memandang keluar jendela, beberapa air hujan membasahi kaca, kulihat langit satu persatu dari mereka turun. Aku berfikir, akupun mulai mengeluarkan selembar kertas dan sebuah pensil.
Dan aku menulis….
“Derasnya hujan yang turun, mengingatkanku pada seseorang, seseorang yang telah berhasil membuat suasana hatiku persis seperti suasana di luar sana, meneteskan air yang membuat bumi mendung.
Jika Tuhan memberi bumi hujan, dan menjadikan hujan sebagai anugrah yang indah, yang bisa menyejukkan dan menghilangkan kekeringan, maka Tuhan menganugrahkan manusia air mata, untuk di teteskan di waktu yang indah, kala kita tersentuh, terharu dan kala kita bahagia.
                Satu hal yang tak luput dari semuanya, terkadang kedua air yang tadinya anugrah itu bisa jadi bencana, di kala hujan terus menerus turun, di iringi petir, kilat dan angin yang kencang. Disana akan tersirat rasa takut, karena pada akhirnya bisa jadi air itulah yang akan merenggut nyawa, untuk tenggelam di dalamnya, atau mungkin karena tertimpa bangunan yang runtuh karena tiupan angin yang mengiringi hujan tadi.
                Apakah air mata begitu? Tentu :)
Air ini mengasah kepekaan hati, air ini anugrah kala kita bahagia, tapi bisa juga jadi musibah kala kita bersedih, kala hati mendung, kala hati terluka, kala terkena musibah pun begitu.
                Ada 2 kemudahan dalam satu kesulitan, coba kita tunggu hingga hujan reda, akan muncul pelangi indah dan penuh warna. Datang setelah hujan reda, setelah ketakutan berakhir. Coba kita tunggu masalah berlalu, maka akan selalu ada anugrah yang menyambut, hanya saja terkadang anugrah itu tersirat dan tanpa kita sadari.
                Terkadang kenyataan tidak selalu seperti apa yang terlihat. Karena hanya Dia yang maha tau atas segala sesuatunya.”

Dan setelah aku sampai di rumah, air hujan itu sedikit menyapaku melalui sentuhannya yang sedikit membuatku dingin.
Tapi sayangnya saat aku hendak melihatnya lagi dari dalam rumah untuk menikmati keindahannya lagi, dia sudah berlalu.
Meninggalkan sepotong senyuman kecil yang terlihat samar namun tetap indah dan penuh warna.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar