Senin, 03 Juni 2013

esok untuk kita



Aku menatap gambar gambar itu, gambar gambar dengan aura kebahagiaan dari setiap senyum dan tawa kita.
Ku palingkan wajah ke arah kenyataan, melepas alunan dunia gambar.
Aku mengerutkan kening.. seperti inikah?
Beginikah sebenernya yang terjadi?
Mengapa dalam kenyataan tak ada sedikitpun yang tersisa?
Tak ada rona kebahagiaan dari diri kita masing masing?
Aku bahkan tak tau masih bisakah aku menyebut semua ini sebuah keindahan.
Entah apa yang mulai mengikis semua keindahan ini.
Mungkin hati sudah tak sanggup menanggung sakit.
Rasa sakit yg selama ini di tutupi oleh rasa sayang yang juga mulai terkikis.
Sehingga rasa sakit mulai terlihat dan tak tertutup lagi.
Mengapa waktu kita selalu salah.
Ataukah hanya keadaan kita yang belum tepat?
Mengapa kau bawa luka untuk menghapus senyum ini?
Tiadakah kau merasa bahwa luka itu membuat taman hati ini menjadi gersang, kering dan tiada berpenghidupan.
Adakah taman hati ini indah kembali? Setelah baru saja di porak porandakan dengan perkataanmu yang tajam.
Maafkan :’)
Aku bukan bermaksud mengungkit semua luka, semua keegoisan seperti yang kau bilang :’)
Aku hanya mencoba memberitahumu bahwa aku sudah terjatuh sekarang.
Bukan jatuh pada perasaan mu seperti saat kita pertama bertemu.
Kali ini aku terjatuh dalam rasa sakit L
Entah apa obat yang sesuai untuk semua ini, aku harap akupun tau.
Tapi hingga sekarang aku tak tau apa obat yang bisa menghilangkan gersang dan geram ini.
Goresan itu memang kecil tapi rupanya cukup dalam, membuatnya terasa sangat perih.
Tawamu seolah rusak, di gerogoti rasa bersalahmu.
Aku tak tau apakah masih ada “esok untuk kita?”
Ataukah hanya tinggal serpihan kisah lalu yang oleh sebagian orang berusaha di buang dan di hapus.
Entahlah...
Aku hanya tak tau, apakah yang akan terjadi disana nanti.
Apakah kita aka membiarkan mimpi kita lapuk dan termakan oleh ego masing masing.
Ataukah kita akan bangun dan mencoba meraih mimpi itu bersama.
Jika saja keindahan selama ini harus berakhir.
Aku hanya bisa menatapmu dan percaya bahwa jika saja kau lah satu satunya laki laki yang kelak akan ada saat aku terbangun dari tidurku, saat aku butuh sandaran, saat aku butuh tangan untuk menuntun, maka mulai detik ini ketika akhirnya kita berpisah Tuhan tentu akan menjagamu, dan menuntunmu kembali dalam hangatnya kisah kita.
Namun jika saja keindahan selama ini benar benar terenggut waktu dan tak akan terulang, setidaknya aku pun tahu bahwa Tuhan telah mempersiapkan yang llebih baik untuk diri kita masing masing.
Terimakasih, ada beberapa hal yang mungkin bisa aku jadikan pelajaran.
Keindahan, kesakitan, luka, duka, suka, bahagia, cinta <3 terimakasih.

Selasa, 18 September 2012

untittle 3


menyesakkan,
sungguh menyesakkan ketika aku hanya bisa berharap tanpa mendapat kepastian.
menunggu sesuatu yang sebenarnya menjadi hak ku dan menjadi kewajibanmu.
ada sedikit yang agak menusuk ketika kamu bilang "aku sibuk"
ketika kamu bilang "aku gak bisa" "aku gak ada waktu"
aku memperhatikan, waktumu cukup untuk sejenak menemaniku dalam semua lelah yang kau buat ini.
hanya saja aku tau kau enggan meluangkan waktu itu.
aku tak pernah meminta apapun, materi, atau apapun yang aku kira memberatkanmu.
aku hanya ingin kau mengerti sedikit saja, tak pernah aku meminta kau banyak mengerti.
atau mungkin permintaanku terlalu berlebihan? aku tak tau :(
andai saja menangis di depan yang lain adalah hal yang wajar, mungkin aku akan menangis tersedu sedu di hadapanmu, "berharap" kau dapat mengerti tetesan demi tetesan yang keluar dari pelupuk mata karenamu.
kau sedang menjauh, dan dia tiba tiba hadir...
memberi peneduhan, teduh yang selalu aku harapkan darimu..
kau tak pernah tau, bagaimana rasa beratnya menjaga hati ketika kau tak pernah ada.
ketika orang yang bukan siapa siapa justru lebih peduli.
ketika yang aku butuhkan kau tetapi malah dia yang hadir.
kau tak pernah tau.

andai saja kau mau memberi sedikit saja kesempatan untuk aku melepas semua rasa lelah ini.
andai saja kau bisa sedikit saja mengerti dan membuatku merasakan indahnya harapan yang jadi nyata..

aku beruntung, karena kau tak pernah bisa membaca pikiranku..
pikiran dan perasaan yang selama ini di penuhi rasa sesak dan kecewa,
perasaan yang aku tutupi dengan senyuman.
perasaan yang seharusnya tidak di rasakan oleh mereka yang bahagia.

terkadang aku ingin berpaling, menjauh dari segala hal yang hanya memberiku harapan kosong.
harapan kosong yang akhirnya harus di isi penuh oleh kekecewaan.
aku tak tau ini sudah catatan keberapa yang aku tulis meski kau tak kunjung mengerti.

perubahan? itukah yang kau sebut berubah?

jika saja ada alat yang bisa mendeteksi seberapa pintar orang menyembunyikan perasaannya, mungkin aku akan jadi juara, karena aku berhasil menyembunyikan perasaan kecewaku demi tidak membuatmu terluka.
jika saja ada kontes siapa yang paling lama bertahan dengamu dengan segala sikapmu itu, mungkin aku juga akan jadi juaranya, karena hingga kini hanya aku yang bisa bertahan walau telah berkali kali terjatuh dan bangkit meski  tidak di pedulikan..

jika saja kenyataan hubungan kita bisa seindah yang aku bayangkan..

jika saja kau mau mendengar apa yang sebenarnya ingin aku sampaikan :(

aku tak mengerti, apakah kau yang memang sulit mengerti aku, ataukah aku yang terlalu berlebihan menginginkan kau memberiku waktu?

aku hanya meminta beberapa jam dari waktu satu minggu yang kau punya.
satu minggu yang begitu padat.
tapi waktu itu lebih kau beri untuk "game" dari pada untuk seseorang yang selalu menunggumu sambil tersenyum meski semua beban telah kau tindihkan di pundaknya.

aku ingin sekali pergi..
pergi ke tempat yang hanya ada aku,

aku untuk melepas semua air mataku yang membeku.
aku untuk melepas semua penat karenamu.
aku untuk menangis sekencang kencangnya tanpa ada yang terganggu.

sejujurnya hanya melihatmu tersenyum,
bisa melepas semua penat ini.
tapi apa daya, senyum itu terlalu sulit untuk kau berikan.

terimakasih :)

terimakasih banyak sudah memberiku pelajaran bagaimana cara supaya aku lebih bersabar.
bagaimana aku bertahan dalam senyum di balik tangis,
bagaimana aku bertahan di balik sesak,
bagaimana aku tetap mengerti kamu meski harus tersenyum di balik tangis :')

terimakasih untuk hal yang tak kau mengerti,
terimakasih untuk keegoisan yang ukir dalam diri,
terimakasih untuk hubungan yang aku jalani, yang mungkin tak pernah berarti di balik lensa matamu itu.

doa'kan saja.
doa'kan semoga aku tak pernah lelah menjalani semua ini sendirian,
menikmati harapan palsu yang tak pernah tertinggal kala kita akan bertemu,
mengukir tawa palsu yang tentu aku ukir untuk menutupi kekecewaan ini.

aku tak akan pergi, setidaknya jika aku masih merasa sanggup.
kecuali jika kau memaksaku pergi.

terimakasih ya :') semoga bisa lebih baik, :') "semoga"

Minggu, 17 Juni 2012

birokrasi cinta


Tak ada yang bisa memecahkan rumitnya “birokrasi cinta”, tidak muda tidak juga tua, umur 17 ini mungkin memang masa masa dimana birokrasi cinta sedang rumit rumitnya.
Gak semua orang punya sifat dan pemikiran yang sama untuk menghadapi suatu hal, baik itu dalam hal “cinta” , “persahabatan” atau hal hal yang menyangkut hidup.
Seperti sekarang ini, ketika kamu mencoba mepertahankan sesuatu bahkan yang selama ini hanya di jalankan sebelah pihak, kamu memang mencoba mempertahankan apa yang kamu sudah bangun, tapi sayangnya mungkin kamu tak sadar bahwa pertahanan yang kamu lakukan hanya ada di sebelah pihak, hanya pada pihak kamu.
Kalau saja ada satu orang saja yang bisa kamu percayai, mungkin semua bisa jadi lebih baik, tak akan terus berputar dalam benang kusut ini.
Aku tak mengerti apa yang membuat perasaanmu membutakan mata hatimu yang sesungguhnya, sudah aku bilang untuk apa mempertahankan sesuatu yang sudah tidak ingin bertahan.
Aku mencoba memberi saran, bahkan kau menutup mata dan telinga, tak percaya pda semua kenyataan yang sebenarnya adalah petunjuk.
Sudahlah, dia memang yang mengawali, tapi bukan berarti dia juga yang harus mengakhiri, untuk apa terus bertahan dalam luka.
Jika lebih lama seperti ini mungkin nanti kau sendiri yang akan lebih sakit.
Bagaimana perasaanmu tak terluka jika saja orang yang selama ini berusaha bertahan denganmu justru ‘masih mengharapkan’ orang lain, yang kau bahkan tau siapa orangnya, yang bahkan semua fakta sudah berusaha menyadarkanmu.
Kita, atau aku, bukan menginginkan apa yang kau takutkan terjadi, kita hanya kasihan atau lebih tepatnya simpati melihat kalian, yang satu hanya ‘memberi  harapan kosong’ mencoba meyakinkan apa yang sebenarnya ingin dia tinggalkan, dan yang satu begitu ‘berusaha’ mempertahankan apa yang sebenarnya sudah tidak di harapkan oleh pihak satunya.
Kamu bahkan sudah tak percaya pada fakta, danpercaya pada apa yang sebenarnya tak nyata.
Aku mencoba membantumu, tapi kau tetap pada keputusanmu yang sebenarnya menyusahkan dirimu sendiri.
Aku mencoba memberi saran pada yang satunya, malah seperti tak senang di beri saran dan sepertinya malah ingin menghindar.
Aku tak apa, itu terserah kalian, aku tak rugi, aku hanya simpati.
Hingga akhirnya detik ini, kamu mendapat fakta baru yang kau cari sendiri, tapi masih saja tak kau percayai.
Sekarang aku give up, aku gatau lagi harus bantu ap, serumit rumitnya birokrasi cinta yang aku hadapi, baru kali ini aku menghadapi birokrasi yang serumit ini.
Semuanya gak akan berakhir sampai disini, semua akan berlanjut, setidaknya jika kau masih enggan mempercayai kenyataan yang kau hadapi.

Rabu, 30 Mei 2012

untittle 2

Seiring berjalannya sang waktu, aku sadar, ada beberapa hal dari masa lalu yang selalu aku rindukan, hal – hal yang entah belum atau bahkan tidak bisa aku temukan di waktu sekarang dan masa depan, Kebahagiaan dan kebebasan..
Hal – hal yang selalu membuat aku tersadar dan terpaku, berharap setidaknya hal – hal yang aku rindukan menyapa sejenak, memberiku sedikit waktu untuk tau apa itu bahagia, apa itu bebas, sebelum semua di renggut detik yang melangkah dari jam dinding.
Ada hal – hal baru yang tak semua bisa terpecahkan oleh logika, oleh pikiran kritis bahkan oleh pemikir hebat sekalipun. Hidup tak selalu bisa masuk akal, ada hal –hal yang tercipta hanya untuk di rasakan tanpa harus di pikir, dan terkadang apa yang terpikir dan apa yang terasa tidak selalu bisa kita bagi dengan orang lain.
Terkadang kita tidak bisa memberitahu orang lain apa yang sebenarnya kita rasakan, bukan karena kita tidak tau mengapa, bukan karena kita tidak tau tujuannya, bukan karena kita tidak percaya mereka, tapi karena kita tidak bisa menemukan kata yang tepat untuk membuat orang lain mengerti, hanya itu.
Karena tak semua hal bisa di wakilkan oleh perkataan..
Tak semua hal bisa di miliki dalam hidup, akan ada hal yang kita inginkan, tapi tak bisa kita miliki, hingga akhirnya kita harus rela membiarkannya berlalu bersama angin.
Terkadang hanya akan melahirkan kekecewaan, kekecewaan yang seharusnya bisa kita kubur bersama semua kenangan pahit yang akan selalu membekas meski telah berlalu..
Tak semua kisah berakhir senyuman, tak sedikit juga kisah yang di akhiri air mata, seperti mati dalam hidup. Menjalani sesuatu yang rasanya tak memiliki arti. Di perintah oleh jiwa dan pikiran tetapi di benci oleh hati.
Jika saja aku bisa mengambil alih jiwa dan pikiran seseorang, tak akan banyak yang ingin aku rubah, hanya sedikit kejanggalan saja yang akan aku sisihkan. Ketika ada seseorang yang menghindari menjadi diri sendiri.
Ada saat dimana kita memang di tuntut merubah sikap yang menjadikan kita bukan diri kita, mungkin saat kita mencoba lari dari kenyataan, saat kita menghindari masalah atau mungkin saat kita mencoba menutupi sebuah luka.
Tapi bukan berarti harus merubah diri kita sendiri, diri kita yang sebenarnya, mencoba menutupi sisi kita yang sebenarnya , menyembunyikan sesuatu yang sebenarnya ingin di tunjukan dan berlari menghindari sesuatu yang seharusnya masih terus ada.
Terkadang jalan yang kita dapat memang tak selalu sesuai apa yang di harap.
Terkadang Tuhan menghapus sebagian dari apa yang telah kita tulis, bukan tanpa alasan, hanya saja Tuhan ingin kita mendapat yang terbaik. Mau tak mau, rela tak rela, ingin tak ingin, apa yang telah di gariskan dari awal kita membuka mata dan melihat dunia hingga nanti suatu saat kita menutup mata dan meninggalkan dunia ini, mungkin memang seharusnya seperti itulah yang terjadi.
Catatan yang harus di pegang adalah bagaimana cara kita menghadapi apa yang kita terima dan bagaimana caranya semua tetap terasa dan terlihat baik meski memang terkadang kenyataan tidak selalu seperti apa yang terlihat, hal yang agak sulit tapi harus tetap di jalani, hal yang di sebut ikhlas, sabar dan bersyukur.

Sabtu, 07 April 2012

:(

Aku pengen sedikit cerita…
Kebanyakan org bilang kalau cinta itu indah, kalau orang orang yang awal jadian itu ngerasa dunia milik mereka berdua, aku gatau apa yang sebenernya orang orang bicarakan tentang hal itu, yang aku tau semua itu gak terjadi di kehidupan aku.
Aku ngerasa bahagia, tapi terkadang di balik kebahagiaan itu aku menyisipkan beberapa luka dan menutupi beberapa tangis, hal hal yang seharusnya tidak aku tunjukan kepada orang lain, hal yang bisa bikin orang lain berpikir kalau sebenernya aku gak bahagia.
Di samping semua hal yang membuat senyumku terhapus, masih ada beberapa yang membuatku tersenyum, percayalah.
Kadang aku merasa semuanya kita jalani dengan tak adil, aku tulus seutuhnya sementara kamu mungkin hanya setulus yang kamu mau.
Tapi aku gapapa, aku gk pernah minta kamu jalanin semua dengan tulus, seandainya detik ini kamu bilang “kita pisah” ok aku nurut, seandainya detik ini kamu bilang “aku udah gak sayang sama kamu, aku udah nemu perempuan lain yang lebih dari kamu” ok aku pergi.
Aku cuman bingung apa sebenernya yang ada di pikiran kamu, apa sebenernya yang kamu mau, kamu tau kamu kayak gitu, kamu tau sikap kamu memang kurang baik, tapi kamu gamau ngerubah, tapi kamu gak peduli, kamu sadar mereka lebih baik dari kamu, tapi kamu juga gak peduli, seperti tak usaha buat ngerubah hal yang kamu aja sadar kalau itu gak baik.
Aku gatau ini udah yang ke berapa kali aku bilang kalau aku cape, bener bener cape sama semua ini.
Aku pengen istirahat tapi aku gak tega ngebiarin kamu sendirian, kenapa aku harus gak tega? kamu aja tega, ahhh!!!!
Dia udah bilang apa yang sebenernya pengen aku bilang dari dulu ke kamu, aku gak nyangka dia bisa sejauh itu merhatiin aku, sampe dia tau gimana sikap kamu ke aku, sampe dia tau gimana sebenernya perasaan aku, perasaan yang seseringnya kamu abaikan.
mungkin sikap kamu emang kontras, sampe dia aja tau kayak gimana kamu ke aku padahal aku ngga pernah bilang sama siapapun,  aku lebih memilih memendamnya sendiri dan terkadang menumpahkan semua yang aku rasain di suatu buku yang aku jadiin tempat curhat.
aku gak pernah bilang apa yang dia bilang karena aku pengen kamu sadar, bukan karena aku yang nyadarin, tapi karena kamu sadar atas keinginan kamu sendiri, supaya kamu lebih mengerti.
Kamu pikir cinta itu mudah? Ngga, ngga semudah itu. Aku tau semua butuh proses, tapi kamu juga harus tau kalau dalam proses itu kamu harus bisa banyak ngambil pelajaran, bukan sekedar di lewati gitu aja.
Aku bahkan gak yakin, kalau aku pergi apa kamu bakal ngejar atau ngga, tapi kayaknya kamu gak akan peduli.
Kamu sadar tapi kamu gak peduli, itu yang aku kecewain.
Aku diem bukan berarti aku ngerasa baik, dari luar emang keliatan baik baik aja, tapi kamu gak pernah tau kan apa yang aku rasain?! Kamu aja gak pernah nanya, coba lah, sebentar aja, coba ngertiin orang lain, jangan cuman mau di mengerti.
Aku coba tahan selama ini, tapi mungkin buat saat ini aku udah terlalu lelah. Saking lelahnya mungkin aku udah gak bisa nahan nahan apa yang selalu aku kecewain dari kamu.
Aku tau, aku juga gak sempurna, aku gak bisa jadi kayak perempuan perempuan yang kamu suka dengan tulus, aku sadar itu, aku emang gak ada apa apanya di banding mereka, aku tau.
Tapi mungkin kamu lupa kalau aku manusia dan aku juga punya perasaan.
Kalau setelah ini kamu mau marahin aku, kamu mau pergi dari aku, aku gapapa asal itu bisa bikin kamu lebih baik.
Kalau setelah aku nulis ini kamu masih ngga respect aku juga gapapa, hanya aja mungkin perasaan aku bakal sedikit demi sedikit berkurang dan kalau terus terusan gitu mungkin bisa sampai habis.
Kamu selalu bilang semua tergantung aku, dalam hati aku mikir, ini hubungan kita semua tergantung kita, bukan tergantung aku, semua gak akan jalan kalau hanya di tanggung sebelah pihak, harusnya kita jalani sama sama bukan sebelah pihak aja. Oke aku ngerti mungkin ini prtma kali kamu ngejalanin hal kayak gini. Tapi setidaknya kamu udah tau gimana caranya menghargai perasaan orang lain kan? :(
Maafin aku juga kalau aku terlalu banyak ngeluh, terlalu banyak bandingin kamu, aku cuman mau kamu sadar, dan ngerti kalau aku itu sebenernya cape, aku pengen kamu berubah, itu aja.
Aku gamau terlalu banyak ngutarain perasaan aku lagi, karena semakin banyak aku bilang, bakal kerasa lebih sesak juga buat aku.
Makasih buat selama ini, setidaknya kamu udah sadar juga mungkin udah cukup meskipun kamu tak ada niat berubah juga gapapa, makasih ya :’)

Jumat, 09 Maret 2012

---


Jujur saja,
Aku belum pernah merasakan hal seperti ini sebelumnya, sepertinya ini adalah pertama kali aku sadar bahwa terlalu acuh akan suatu hal memang tak baik, dan terkadang akan menjadi sangat tak baik.
Entah aku saja yang hanya merasa, tapi sejak dulu, memang banyak pria yang mempejuangkan segalanya demi meraih simpatiku.
Baik sengaja ataupun tidak, aku mengabaikan mereka.
Aku tidak pernah bermaksud begitu, hanya saja sifatku memang begini, memang acuh dan cuek.
Aku sering kali berpikir apa yang di lihat seorang laki-laki dariku.
Cantik? Mungkin bukan.
Baik? Tidak juga.
Pintar? Masih banyak yang lebih.
Tapi mengapa mereka tetap bertahan, bukan maksud untuk sombong atau apapun itu, yang jelas aku tak pernah mau menyakiti siapapun, apalagi melukai perasaan.
Dan karena ke acuhanku lah perasaan mereka terluka.
Aku sering berpikir bagaimana caranya membuat mereka tak memiliki lagi rasa istimewa untukku. Bukan karena apa pun, tapi hanya karena aku takut sifatku ini melukai kalian.
Jika pada akhirnya kalian tetap bertahan, aku sering memperingati kalian bukan?
Aku memang sulit menyukai seseorang, ketika menyukaipun itu karena orang yang aku sukai lebih dulu menyukaiku, lalu aku membalas perasaannya.
Tapi kini berbeda, aku menyukaimu, dan aku tak tau apakah kau punya perasaan yang sama atau tidak.
Aku mempunyai sifat yang acuh, tapi semua sifatku itu tak bisa ku tunjukan padamu, aku cuek, tapi aku tak bisa cuek padamu.
Aku tak tau kita mempunyai sedikit kemiripan sifat, dari mulai dingin, pesimis dan bahkan acuh atau cuek.
Karena sifat kita hampir sama, maka aku tau seperti apa kau padaku, terkadang baik, terkadang dingin, terkadang perhatian, semua serba kadang-kadang. Hanya kadang kadang, tak lebih.
Dan aku tau apa alasan sikap mu yang serba kadang kadang itu.
Kau tau? Terkadang sikapmu sedikit menggoresku.
Menimbulkan luka kecil, sangat kecil. Sehingga aku tak perlu repot menyembuhkannya. Tenang saja.
Dan pagi ini… aku akui mood ku memang sedang tidak terlalu bagus, bahkan untuk pertama kalinya kau tak bisa membuatku mood up.
Ketika semangatku telah kembali, kau tak ada di sampingku.
Satu hal yang selalu aku sesalkan adalah, mengapa kau selalu menghilang tiba-tiba.
Datang dan pergi begitu saja.
Sungguh menyenangkan, datang di terima dan ketika pergi kau masih di tunggu, untuk di terima lagi. tapi itu menyenangkan bagimu, dan tidak untukku.
Andai saja aku bisa membiarkanmu pergi dan tak usah menunggu lagi, tapi sayangnya aku tak bisa.
Kau selalu berharap supaya aku tak bosan kepadamu, tapi terkadang aku merasa kau seakan menginginkan aku pergi dari hidupmu.
Aku tak mengerti, mungkin itu hanya perasaanku saja, ya semoga
Aku baru saja akan memulai makan, mencoba mengembalikan semangat hari ini.
Sampai ketika kau menurunkan semuanya, menurunkan semangat, menurunkan mood, dan bahkan menurunkanku ke alam bawah sadar, aku terduduk di lantai, menunduk dan tiba-tiba butiran air dari hati itu menengok dunia luar dan membasahi pipi.
Semua hilang, semangat, selera makan.
Aku sering kali berpikir, sepertinya selama ini kau hanya berpura-pura.
Berpura – pura senang padaku, berpura- pura peduli padaku dan yang paling aku takutkan adalah mungkin kau juga berpura –pura mempunyai rasa yang sama.
Aku bisa remuk jika semua yang aku pikirkan benar adanya. Tapi tak apa, itu resiko.
Aku menatap jauh jauh ke cermin, kenapa perkataanmu begitu terasa menusuk. Entahlah.
Padahal hanya kata kata biasa yang mungkin terkadang juga aku ucapkan.
Aku terdiam.. tersenyum penuh arti.. ternyata begini.
Ternyata begini lah rasanya jadi mereka, ternyata beginilah rasanya.
Tuhan sungguh Maha Adil..
Di sisi lain aku pernah menjadi orang yang mengacuhkan mereka.
Dan sekarang di sisi ini aku lah yang di acuhkan.
Aku juga sering berpikir jika akhirnya kau tiba-tiba pergi,
Menghilang,
Meninggalkanku,
Di telan waktu yang terus menyeretku supaya pergi dan berusaha menutup luka dengan apapun yang akan ku temui nanti.
kau tau? Jika saja suatu saat nanti kau benar-benar pergi dari sisiku, aku akan siap, siap menghadapi luka yang kau tinggalkan, siap menghadapi kenyataan yang akan terasa pahit.
Begitulah kau dan beginilah aku…
Aku tau, sekarang semua masih belum jelas.
Dan aku juga tak tau apakah di waktu mendatang semua akan lebih baik ataukah akan semakin buruk.
Apakah aku akan menangis ataukah aku akan tersenyum.
Aku tau masih ada harapan, tapi aku tak ingin terlalu berharap, aku tak ingin di angkat terlalu tinggi oleh harapan, sehingga jika aku terjatuh dari harapan itu, juga tidak akan terlalu menyakitkan, itu saja.
Sekarang aku akan selangkah mundur, karena aku tau jika saja beberapa waktu ke depan semua memburuk, maka aku akan menangis, dan aku tak mau melelahkan diriku sendiri hanya untuk menangis, menangisi perasaan yang bahkan mungkin tak pernah di pedulikan.
Terimakasih untuk waktumu selama ini, maaf jika aku terlalu berani melangkah sejauh ini.
Satu hal lagi, kau tak perlu membohongi diri sendiri hanya untuk membuat orang lain senang, karena asal kau tau, itu akan lebih menyakiti orang yang kau buat senang itu.
Lebih baik jujur meski itu akan memekakan telinga, tapi aku tau setidaknya itu akan menjadikannya lebih baik.

Minggu, 15 Januari 2012

aku akui


Aku akui itu menyakitkan
 ketika melihat gambarmu yang sedang tersenyum penuh kebahagiaan, di dampingi dengan seseorang di sampingmu yang juga tersenyum bahagia, kau terlihat sangat menikmati kebahagiaan. Kebahagiaan yang mungkin sama sekali belum pernah aku berikan.
Aku tersenyum, melihat gambarmu yang juga tersenyum, meski di balik senyuman itu jujur saja, aku menangis, menangis tanpa suara.
Entah kenapa sekarang aku sudah punya cukup kekuatan untuk tersenyum.
Tersenyum hanya sekedar demi menutupi luka.
Untuk sekedar menahan tangis.
Bukan senyum yang bahagia, ataupun senyum yang menunjukan senang.
Tapi senyum ketegaran.
 Senyum ceriaku hilang seketika.
Rasanya ingin sekali aku menangis, tapi entah mengapa air mata itu enggan keluar.
Mungkin program moved on ku sudah mulai berhasil.
Sebenarnya bukan hanya karena moved on.
Hanya saja aku lelah, lelah menangis, lelah bersedih dan lelah menunggu.
Untuk apa mempertahankan sesuatu yang tak seharusnya bertahan.
Hanya buang buang waktu, hanya menyakiti diri sendiri, tak berguna.
Bukannya aku munafik mencoba tersenyum untuk menutupi rasa sakit.
Aku akui..
Perasaan itu memang masih ada.
Sakit itu masih ada…
Jauh di lubuk hati, semua itu masih menyayat.
Masih berdarah..
Masih mendung..
Dan masih menangis..
Hanya saja, semua sudah bisa lebih terkendali.
Aku memang terlihat tegar di luar.
Tapi di dalam, aku tetaplah aku, aku hanya seorang wanita, wanita yang mencoba tersenyum tegar di balik air matanya, mencoba melupakan hal yang selalu membuatnya menangis.
Jangan fikir aku bisa tersenyum seutuhnya.
Itu tetap menyatkitkan, hanya saja aku enggan terlarut dalan semua itu.
Dalam kesakitan, dalam kesedihan, dalam tangis.
Itu terlalu terdengar lemah.
Aku akui kalian begitu hebat, sangat hebat sehingga bisa membuatku terjatuh berkali-kali.
Kalian sangat cocok, karena kalian sama sama bisa tersenyum bahagia di atas penderitaan orang lain.
Ya… silahkan saja tertawa sepuasnya, aku tak peduli meski itu di atas lukaku.
Aku tau kalian akan lebih bahagia jika aku terluka dan menagis di depaan kalian.
Tapi maaf, air mataku sudah kering.
Air mataku rasanya sudah tak sudi untuk menetes di hadapan orang yang tak punya perasaan seperti kalian.
Terlebih lagi melihat acting kalian yang pura-pura mencoba menghiburku padahal secara perlahan ingin membunuhku.
Haha konyol…!
Tak usah repot-repot, aku tak butuh semua itu.
Kartu kalian sudah terbuka.
Aku tak butuh acting kalian ataupun semua kebohongan kalian.
Sekarang semua berbeda, aku bisa.
aku bisa melawan semua rasa sakit ini, jadi jika kalian ingin mencoba lagi untuk menjatuhkanku silahkan saja.
Tak usah berbohong, katakana saja apa adanya, tak usah membunuh secara perlahan, tusuk saja sekaligus.
Kalian tau, suatu kebohongan hanya akan melahirkan sebuah kebohongan lain untuk menutupi kebohongan yang sebelumnya, tak usah berbohong hanya sekedar untuk memenuhi keinginan kalian, apalagi kebohongan itu harus sampai menyakiti orang lain.
Tak usah berpura-pura baik hanya untuk menutupi hal busuk.
Hal busuk yang lama kelamaan akan muncul ke permukaan dan hanya akan mencelakakan diri kalian sendiri.
Percuma saja.
Aku sudah tau semuanya sejak dulu.
Hal yang selalu kalian sembunyikan, bahkan hal hal yang kalian anggap aku tidak akan pernah tau.
Aku sudah tau.
Silahkan saja lakukan apapun yang kalian mau, aku sudah tak peduli.