Minggu, 15 Januari 2012

aku akui


Aku akui itu menyakitkan
 ketika melihat gambarmu yang sedang tersenyum penuh kebahagiaan, di dampingi dengan seseorang di sampingmu yang juga tersenyum bahagia, kau terlihat sangat menikmati kebahagiaan. Kebahagiaan yang mungkin sama sekali belum pernah aku berikan.
Aku tersenyum, melihat gambarmu yang juga tersenyum, meski di balik senyuman itu jujur saja, aku menangis, menangis tanpa suara.
Entah kenapa sekarang aku sudah punya cukup kekuatan untuk tersenyum.
Tersenyum hanya sekedar demi menutupi luka.
Untuk sekedar menahan tangis.
Bukan senyum yang bahagia, ataupun senyum yang menunjukan senang.
Tapi senyum ketegaran.
 Senyum ceriaku hilang seketika.
Rasanya ingin sekali aku menangis, tapi entah mengapa air mata itu enggan keluar.
Mungkin program moved on ku sudah mulai berhasil.
Sebenarnya bukan hanya karena moved on.
Hanya saja aku lelah, lelah menangis, lelah bersedih dan lelah menunggu.
Untuk apa mempertahankan sesuatu yang tak seharusnya bertahan.
Hanya buang buang waktu, hanya menyakiti diri sendiri, tak berguna.
Bukannya aku munafik mencoba tersenyum untuk menutupi rasa sakit.
Aku akui..
Perasaan itu memang masih ada.
Sakit itu masih ada…
Jauh di lubuk hati, semua itu masih menyayat.
Masih berdarah..
Masih mendung..
Dan masih menangis..
Hanya saja, semua sudah bisa lebih terkendali.
Aku memang terlihat tegar di luar.
Tapi di dalam, aku tetaplah aku, aku hanya seorang wanita, wanita yang mencoba tersenyum tegar di balik air matanya, mencoba melupakan hal yang selalu membuatnya menangis.
Jangan fikir aku bisa tersenyum seutuhnya.
Itu tetap menyatkitkan, hanya saja aku enggan terlarut dalan semua itu.
Dalam kesakitan, dalam kesedihan, dalam tangis.
Itu terlalu terdengar lemah.
Aku akui kalian begitu hebat, sangat hebat sehingga bisa membuatku terjatuh berkali-kali.
Kalian sangat cocok, karena kalian sama sama bisa tersenyum bahagia di atas penderitaan orang lain.
Ya… silahkan saja tertawa sepuasnya, aku tak peduli meski itu di atas lukaku.
Aku tau kalian akan lebih bahagia jika aku terluka dan menagis di depaan kalian.
Tapi maaf, air mataku sudah kering.
Air mataku rasanya sudah tak sudi untuk menetes di hadapan orang yang tak punya perasaan seperti kalian.
Terlebih lagi melihat acting kalian yang pura-pura mencoba menghiburku padahal secara perlahan ingin membunuhku.
Haha konyol…!
Tak usah repot-repot, aku tak butuh semua itu.
Kartu kalian sudah terbuka.
Aku tak butuh acting kalian ataupun semua kebohongan kalian.
Sekarang semua berbeda, aku bisa.
aku bisa melawan semua rasa sakit ini, jadi jika kalian ingin mencoba lagi untuk menjatuhkanku silahkan saja.
Tak usah berbohong, katakana saja apa adanya, tak usah membunuh secara perlahan, tusuk saja sekaligus.
Kalian tau, suatu kebohongan hanya akan melahirkan sebuah kebohongan lain untuk menutupi kebohongan yang sebelumnya, tak usah berbohong hanya sekedar untuk memenuhi keinginan kalian, apalagi kebohongan itu harus sampai menyakiti orang lain.
Tak usah berpura-pura baik hanya untuk menutupi hal busuk.
Hal busuk yang lama kelamaan akan muncul ke permukaan dan hanya akan mencelakakan diri kalian sendiri.
Percuma saja.
Aku sudah tau semuanya sejak dulu.
Hal yang selalu kalian sembunyikan, bahkan hal hal yang kalian anggap aku tidak akan pernah tau.
Aku sudah tau.
Silahkan saja lakukan apapun yang kalian mau, aku sudah tak peduli.